love4livi.com – NASA dan pemerintah Amerika Serikat menargetkan untuk mengirim astronaut kembali ke Bulan dalam dekade ini. Program Artemis, yang bertujuan untuk mewujudkan ini, akan mencatat sejarah dengan mengikutsertakan astronaut Jepang dalam misi pendaratannya, memperkuat kolaborasi AS-Jepang dalam eksplorasi antariksa.
Pengumuman Kemitraan AS-Jepang
Kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Jepang diresmikan melalui sebuah perjanjian yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden. Kesepakatan ini dipublikasikan selama pertemuan kenegaraan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, menandakan langkah maju dalam hubungan sains dan teknologi kedua negara.
Konteks Historis dan Evolusi Program Artemis
Sejak program Apollo NASA yang berakhir pada tahun 1972, belum ada lagi pendaratan manusia di Bulan. Program Artemis kini dihidupkan kembali untuk melanjutkan eksplorasi tersebut, dengan menjanjikan keberagaman yang lebih besar melalui partisipasi internasional.
Agenda Misi Artemis dan Peran Jepang
Misi Artemis 2, dijadwalkan untuk tahun 2025, akan menampilkan partisipasi internasional dengan melibatkan astronaut Kanada. Namun, tidak termasuk pendaratan di Bulan. Misi Artemis 3, yang direncanakan untuk tahun 2026, akan menjadi misi bersejarah yang mungkin menyertakan astronaut Jepang sebagai bagian dari awak pendarat.
Persiapan Astronaut JAXA
Badan Antariksa Jepang (JAXA) telah mempersiapkan astronautnya untuk kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Dengan tujuh astronaut aktif dalam pelatihan, JAXA bersiap untuk memilih kandidat yang akan menjadi bagian dari misi Artemis.
Kontribusi Teknologi Jepang: Lunar Cruiser
Tidak hanya astronaut, Jepang juga berkontribusi pada teknologi eksplorasi Bulan dengan Lunar Cruiser. Rover ini diharapkan akan mendukung misi Artemis 7 pada tahun 2031, menunjukkan komitmen dan kemampuan teknologi Jepang dalam misi antariksa.
Program Artemis, melalui kemitraan AS-Jepang, tidak hanya menghidupkan kembali misi manusia ke Bulan tetapi juga memperkuat kerjasama internasional dalam eksplorasi luar angkasa. Langkah ini menetapkan preseden untuk partisipasi yang lebih luas dan beragam dalam misi antariksa mendatang.